“Faktenya adalah, kamu sebagai perwakilan komunitasmu hadir
mengikuti suatu pelatihan fotografi jurnalistik dan dalam modul
pelatihan tersebut ditulis untuk netral dan selalu obyektif dalam
menulis. Kebetulan rambutmu gondrong dan kamu perokok tetapi kamu
melakukan kesalahan tidak mengisi daftar hadir dalam pelatihan itu
sehingga membuatmu tidak memperoleh formulir peserta dan di akhir
pelatihan bertanya apakah formulir peserta masih ada karena kamu berniat
ingin mengisinya. Lalu salah seorang panitia (fasilitator) pelatihan
tersebut komentar kepadamu kalau kamu itu preman yang tidak pantas
berada di pelatihan ini yang mengharuskanmu mengisi daftar hadir…”
Hari itu aku dihubungi seorang temanku, dia anggota dari ITS skateboarder
namanya tambun. Melalui telepon dia mengajakku menghadiri undangan
seminar dan workshop di Ubaya yang diselenggarakan untuk
komunitas-komunitas di Surabaya. Sebenarnya kami belum tahu pasti
seminar ini mengenai apa, yang jelas, selain kami berdua, seorang
temanku yang sama-sama dari komunitas Surabaya skateboarder juga
menghadiri undangan tersebut. Kami bertiga bertemu di parkiran Ubaya
dengan pertanyaan sama, semiar apa yang diselenggarakan ini…
Setelah kami tiba di ruangan tempat
seminar diselenggarakan dan mengisi daftar hadir, kami baru menyadari
ini bukan seminar tapi sebuah pelatihan jurnalistik oleh Media Indonesia
untuk komunitas-komunitas di Surabaya. Diantara komunitas-komunitas
yang hadir ada Komunitas Jepang Surabaya, Drugs Free, Komuter, dll…
Semua yang hadir di kenalkan dengan
dunia jurnalistik, sehingga memahamkan kami arti penting sebuah media
dalam perkembangan suatu komunitas. Dan Media Indonesia sendiri telah
memfasilitasi komunitas-komunitas ini dengan menyediakan satu halaman
untuk memuat tulisan-tulisan kami tentang komunitas kami masing-masing.
Setiap kali dimuat, satu halaman itu hanya tentang satu komunitas tetapi
ada tiga macam tulisan yang nantinya akan dimuat di halaman tersebut,
yaitu opini, fakta dan seandainya aku. Mungkin karena itu halaman ini
diberi nama Tent@ng.
Terus terang dari pelatihan yang
sederhana ini, kami cukup senang karena ada yang perhatian dengan
keberadaan kami. Dengan adanya halaman Tent@ng
yang hanya satu halaman, sedikit banyak orang di luar komunitas tahu
tentang kami, dengan kami diberi kebebasan menyampaikan sendiri lewat
tulisan tentang komunitas-komunitas kami sebenar-benarnya. Sehingga
orang lain diluar komunitas tidak salah mengerti tentang
komunitas-komunitas kami. Karena kenyataannya, masih banyak orang di
luar komunitas masih beranggapan negatif tentang kegiatan komunitas
kami.
Rasa senang kami berlanjut,
sampai-sampai keesokan harinya ditempat yang sama, beberapa dari kami,
perwakilan dari komunitas-komunitas yang hadir di pelatihan jurnalistik,
menghadiri pelatihan fotografi jurnalistik yang juga diselenggarakan
oleh Media Indonesia. Mungkin selain lewat tulisan, kami juga ingin
menunjukkan kepada orang lain tentang komunitas-komunitas kami melalui
gambar, agar orang lebih jelas melihat dan mengetahui tentang komunitas
kami dan benar-benar tidak lagi kami dinilai negatif dengan hanya
melihat penampilan luar kami.
Karena kami benci dilihat sebagai
sesuatu yang buruk maka kami berterima kasih karena Media Indonesia bisa
memberikan fasilitas dengan halaman Tent@ng-nya yang bisa memberitahukan kepada orang di luar komunitas tentang kami dengan sebenar-benarnya… (ditulis oleh www.afietadi.web.id, foto oleh Iput Zealot)
aq melu poo rek lek onok pelatihan jurnalistik maneh..
ReplyDeletehhe… :p